Kasih
ibu, kepada beta
tak
terhingga sepanjang masa
Hanya
memberi, tak harap kembali,
Bagai
sang surya, menyinari dunia.
Begitulah
lirik lagu yang menggambarkan begitu besar keikhlasan seorang ibu yang memang
pantas kita hormati keberadaanya. Yang selalu kita patuhi kata-katanya, yang
selalu kita lakukan permintaanya, yang selalu kita ikuti nasehatnya dan yang
selalu kita doakan untuk posisinya di surga.
Dari Abu
Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada
siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam
menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’
Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya
kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut
bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam
menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Imam
Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan
kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan
terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kata ibu
sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah
kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena
kesulitan dalam menghadapi masa hamil, kesulitan ketika melahirkan, dan
kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu.
Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah
tidak memilikinya. (Lihat Tafsir Al-Qurthubi X : 239. al-Qadhi Iyadh
menyatakan bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah)
Meskipun
faktanya terkadang kita lebih menempatkan ayah di atas ibu namun tetap ibu lah
seorang yang memiliki kehormatan dan keunggulan lebih daripada ayah.
Aku masih
tak bisa mengerti mengapa begitu mudah seorang anak melawan kepada ibu? Seorang
anak memalingkan wajahnya ketika dipanggil, menyibukan diri ketika diminta
tolong dan berbohong demi kesenanganya semata.
Mungkin memang
butuh waktu agar sang anak menyadarinya. Untuk menyadari seberapa penting
menghormati, mengasihi dan menyayangi seorang ibu.
Kapan?
Apakah saat
ibu kembali kepada-Nya lah seorang anak bisa merasakannya? Tentu saja tidak.
Imam
Adz-Dzahabi rahimahullaah, beliau berkata dalam kitabnya Al-Kabaair,
Ibumu
telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan, seolah-olah
sembilan tahun.
Dia
bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya.
Dia
telah menyusuimu dari putingnya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena
menjagamu.
Dia
cuci kotoranmu dengan tangan kirinya, dia lebih utamakan dirimu dari
padadirinya serta makanannya.
Dia
jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu.
Dia
telah memberikanmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak
darinya kesusahan yang luar biasa dan panjang sekali kesedihannya dan dia
keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu.
Seandainya
dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup
dengan suaranya yang paling keras.
Betapa
banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak baik.
Dia
selalu mendo’akanmu dengan taufik, baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
Tatkala
ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai
barang yang tidak berharga di sisimu.
Engkau
kenyang dalam keadaan dia lapar.
Engkau
puas minum dalam keadaan dia kehausan.
Engkau
mendahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu dari pada ibumu.
Engkau
lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat.
Berat
rasanya atasmu memeliharanya padahal itu adalah urusan yang mudah.
Engkau
kira ibumu ada di sisimu umurnya panjang padahal umurnya pendek.
Engkau
tinggalkan padahal dia tidak punya penolong selainmu.
Padahal
Allah telah melarangmu berkata ‘ah’ dan Allah telah mencelamu dengan celaan
yang lembut.
Engkau
akan disiksa di dunia dengan durhakanya anak-anakmu kepadamu.
Allah
akan membalas di akhirat dengan dijauhkan dari Allah Rabbul ‘aalamin.
(Akan
dikatakan kepadanya),
Ø°َÙ„ِÙƒَ بِÙ…َا
Ù‚َدَّÙ…َتْ ÙŠَدَاكَ ÙˆَØ£َÙ†َّ اللَّÙ‡َ Ù„َÙŠْسَ بِظَÙ„َّامٍ Ù„ِّÙ„ْعَبِيدِ
“Yang
demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan
kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya
hamba-hamba-Nya”.
(QS. Al-Hajj : 10)
(Al-Kabaair
hal. 53-54, Maktabatush Shoffa, Dar Albaian)
Demikianlah
dijelaskan oleh Imam Adz-Dzahabi tentang besarnya jasa seorang ibu terhadap anak dan menjelaskan bahwa jasa orang tua
kepada anak tidak bisa dihitung.
Yah,
kita mungkin tidak punya kapasitas untuk menghitung satu demi satu hak-hak yang
dimiliki seorang ibu. Islam hanya menekankan kepada kita untuk sedapat mungkin
menghormati, memuliakan dan menyucikan kedudukan sang ibu
dengan melakukan hal-hal terbaik yang dapat kita lakukan, demi kebahagiannya.
Takkan pernah ku sia-siakanmu,
maafkan aku jika sering menyakitimu,
maafkan aku jika belum bisa membahagiakanmu,
aku disini berjuang demi cita-citaku,
menuntut ilmu tuk jadi guru,
abis itu nyariin mantu ( ehh)
selamat ulang tahun mah!
engkau adalah ibu muda yang hebat!