Sabtu, 27 Oktober 2012

Perahu Kertas

Perahu kertasku kan melaju membawa surat cinta bagimu
Kata-kata yang sedikit gila, tapi ini adanya
Perahu kertas mengingatkanku betapa ajaibnya hidup ini
Mencari-cari tambatan hati, kau sahabatku sendiri

Hidupkan lagi mimpi-mimpi (cinta-cinta) cita-cita (cinta-cinta)
Yang lama ku pendam sendiri, berdua ku bisa percaya

Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada di antara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu

Tiada lagi yang mampu berdiri
Halangi rasaku, cintaku padamu

Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada di antara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu

Oh bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada di antara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
Share:

Selasa, 23 Oktober 2012

Gara-gara Internet (not done yet)


Tap.. tap.. tap.. Jari-jariku masih sibuk dengan laptopku malam itu. Padahal hari itu sudah sangat larut, tetapi jika sudah berurusan dengan hal yang demikian rasanya sulit untuk berhenti.
                Namaku Geuri Nabila Handoko dan menurutku “Geuri” adalah nama yang cukup aneh. Aku biasa disapa Uri, aku berumur 14 tahun degan tinggi 165 cm, cukup tinggi untuk seumuranku. Aku baru saja naik kelas XI minggu lalu dan cukup puas mendapat peringkat 10 dikelasku. Kelas yang kupilih adalah jurusan IPA dan aku juga terpilih dalam jurusan tersebut.
                Setiap detik di liburanku, aku lebih memilih bersama leptopku ketimbang main dengan teman. Dapat dikatakan aku ini kecanduan internet. Aku memiliki hampir semua akun social network mulai dari Facebook, Twitter, Yahoo Mesenge, Skype  aku juga rajin mengepost di blog dan tumblr ku. Aku juga memiliki hobi di bidang fotografi dan aku juga tak mau melewatkan peran internet untuk hasil fotoku dengan akun Instagram ku.
                Truing.. bunyi tanda ada chat yang masuk di Facebook-ku, ternyata itu adalah Citra teman sekelasku saat kelas sepuluh.
                “Ri, ada anak baru tahun ini”
                “So? :p “
                “Nyebelin banget seh!”
                “hehe sorry sorry Cit, eh kerumahku dong.. sepi nih”
                “ogah! Besok kan berangkat, aku mau siap siap”
Setelah itu chat Facebook Citra menjadi offline, Citra memang mudah marah tapi juga mudah menangis. Aku bersahabat denganya sejak aku SMP. Citra adalah seseorang yang boleh dibilang tak pernah jomblo, karena tiap dia putus dari pacarnya maka dengan sendirinya datang seorang pengganti. Beruntunglah dia karena tak seperti aku yang kadang hanya mendamba. Sering ada kabar dari Citra mengenai beberapa anak yang menyukaiku. Tapi aku hanya memperlakukan mereka selayaknya teman meskipun aku mengetahui bahwa mereka mempunyai rasa padaku. Bodoh adalah kata yang pantas ku dapatkan dari Citra. Tapi aku hanya merasa belum ingin menjalin sebuah hubungan.
                Sebenarnya kabar dari Citra cukup membuat aku penasaran, siapakah anak baru itu. Tapi tak terlalu kupikir dalam karena malam sudah terlalu larut. Ku tutup laptopu dan beranjak tidur.
==
                Kubuka mataku saat ponselku bergetar tepat di samping pipiku.
                From : Citra (+62856xxxxxxxx)
                BURUAN BERANGKAT BEGO!!
                Aku hanya tersenyum melihat pesan itu, saat ku berbalik arah menatap jendela aku langsung tersontak melihat terangnya di luar sana. Kulempar ponselku dan dengan cepat menuju kamar mandi.
                “Kesiangan, belum sholat pasti. Uri kamu itu cewe udah mulai beranjak dewasa masa masih tetap saja” Komentar ibuku saat melihatku berlari Sprint menuju kamar mandi. Dan jawabanku selalu sama, yaitu berjanji tidak akan mengulanginya besok. Tapi kenyataanya? Miris. Hehe.
                Ku sambar roti isi di meja makan dan langsung menyusul ayahku yang sudah dimobilnya. Ku kecup tangan ibuku dan berpamitan.
                “Hari pertama sekolah yang buruk, sangat buruk!” Gerutu ayah
                “Maaf yah, kesiangan hehe”
                “yang bilang kamu kepagian siapa?” ledek ayah
                Aku hanya terdiam karena bagiku itu ledekan yang sangat begitu garing *krik krik*

--To Be Continued--

Share: