Sabtu, 21 April 2012

Tugas Cerpen Pak Heri - Tak Ingin Berakhir

Kyaa~~ Dapet tugas suruh bikin cerpen sama guru bahasa Indonesia ter-ngapak yaitu Pak Herry. Kepikiran buat bikin fanfict Harry Potter dan set set settt... langsung deh ngetik-ngetik apa yang ada di pikiran. Dan jeng jeeeeng! selama tiga hari udah dapet 14 halaman dan itu belum klimaks -__- itu si bukan cerpen.
Darurat! Darurat! besok ada pelajaran bahasa Indonesia sedangkan aku gak yakin sama fanfic-ku yang super duper panjang. Nah sore itu aku lagi cape banget abis dapet push up pas Pramukaan . Dengan sisa tenaga yang ada dan semangat '45 ku kerjakan cerpen ini selama 2 jam non stop HAHA!!
Nah selamat membaca ^o^
Gomawo !

 Tak Ingin Berakhir
                Entah mengapa yang ada dalam pikiranku adalah kakak kelas yang nyebelin itu. Seseorang  yang menyuruhku melakukan push up sepuluh kali hanya karna aku lupa membawa garpu saat acara makan siang MOS, orang yang menyuruhku mengerjakan tugas tambahan hanya karna tugas cerpenku kurang dua kata dari ketentuan, orang yang menyuruhku nyeker hanya karna kaos kakiku kurang tinggi dan orang yang selalu mencaci, memaki apapun perbuatan yang kulakukan. Cara dia berjalan sangat menjijikan, selalu menengadah ke atas dengan sudut  dagu 15˚. Dengan tingginya yang sekitar 170cm dan perawakanya yang rupawan cukup membuat seluruh temanku mengidolakannya. Dan seolah membuatku merasa terkucilkan karena mungkin hanya aku-lah yang dapat disebut sebagai haters.  Segala mimpi buruk saat MOS adalah saat berpapasan dan bertemu dengannya.
Bahkan saat aku mencoba menghindar yang terjadi adalah kakiku terperosok ke dalam selokan dan cukup membuatku mendapatkan luka robek pada lutut. Segala amarah ingin aku ungkapkan padanya saat itu juga, tetapi dengan begitu perhatiannya justru dia-lah yang menggendongku menuju UKS dan mengantarku ke rumah sakit. Sungguh berbeda dengan dia sebagaimana layaknya panitia MOS dan dia sebagaimana seorang Erlangga Putra. Setelah saat itu MOS yang kujalani terasa berbeda. Saat dia berjalan adalah keindahan, dimana dia mencaci adalah nyanyian cinta. Yang ku rasa layaknya orang yang memiliki sindrom GR yang tinggi. Yang seolah olah semua kurasa hanya menuju padaku. Semua perkataan, perbuatan, AH! Jatuh cinta kah ini namanya? Yang semua berawal dari MOS! Masa orientasi sekolah.
Pagi itu terasa sangat segar seperti buah apel, pagi dimana kegiatan MOS berakhir. Tapi ternyata penderitaan seolah belum berakhir karena saat melihat ponselku aku mendapat pesan dari ibuku.

Pagi kiky :)
Selamat karna hari ini adalah hari pertamamu menjadi siswa SMA. Maaf karna aku ada pekerjaan mendadak dan kau harus berangkat sendiri ke sekolah dengan kakimu yang terluka. Ibu sungguh minta maaf sayang. Lihat-lah kulkas dan sarapanlah sebelum berangkat. Semoga harimu menyenangkan :)-ibu

Setelah membaca pesan ibuku, senyumanku langsung hilang saat kulihat jam menunjukan pukul 6.25 pagi!. Kulempar ponselku dan rdengan cepat menuju kamar mandi. Aku hanya berjalan menuju halte di gang rumahku dengan cepat mengingat kakiku yang masih sakit. Terlihat sekilas orang yang tinggal disebelah rumahku juga terlambat. Ia berlari tepat di belakangku dan beberapa saat kemudian dia mendahuluiku tanpa berkata sepatah katapun dan hanya bau parfumnya yang tertinggal, bau yang cukup membuat paru-paruku rontok di pagi yang segar, dan mungkin pantas disebut polusi.
Sesampainya aku di halte ternyata dia masih di halte dan kagetnya ternyata itu Erlangga. Kakak kelas di sekolah baruku. Dengan sedikit gugup ku hampiri dia dari belakang. Aku memberanikan diri untuk menyapa, tapi sebelum aku mengatakan sepatah kata terlihat angkot dengan kode angkot yang menuju sekolahku terhenti, dan sangat terlihat kursi depan sebelah sopir kosong, sebuah kursi yang bisa dikatakan VIP untuk pagi hari yang hampir terlambat. Terlihat mata hitam Erlangga melirik ke arahku dan sedetik kemudian aku sedang memegang pintu angkot dan begitu pula dia. Tak mau kalah aku membuka dan memaksa masuk tetapi pundaku didorongnya dan karena kalah tenaga akhirnya dia berhasil masuk. Sungguh sangat tidak adil bagiku, aku tak dapat menahan marah dan menendang ban depan angkot itu. Ahhhh! Aku teringat dengan lututku, sekarang aku merunduk dan memegangi lututku yang tertutup rok sekolah panjang dan mulai menangis kesakitan diiringi suara mobil yang menjauh tertanda angkot itu telah berangkat meninggalkanku. Dengan segala amarah dan rasa sakit aku berteriak
“Erlangga sialan! Kau pikir kau siapa?! Menindasku?! Kau yang melukaiku sekarang kau menambah sakit lukaku hah?!!.” aku menengadahkan kepala dan kulihat seorang berseragam SMA dan saat ku lihat wajahnya, tubuhku serasa dihujam ribuan paku berkarat, aku membeku dan mulutku seperti dijahit dan tak dapat berkata apapun.
“Maaf jika mungkin luka mu karna aku, tapi setahuku kau terpelosok ke selokan karena keteledoranmu sendiri. Dan kau menendang ban angkot dengan keinginanmu sendiri. Lalu dimana letak kesalahanku?.” yang ternyata seseorang yang berdiri disampingku adalah Erlangga.
“Aakk..akku mmakk..maksudku”
“sudahlah lupakan, kita telat, kakimu terluka dan kita satu sekolah. Tak mungkin aku meninggalkan kelasku hari ini hanya karna kau. Taksi!!” ia memanggil taksi dan membantuku masuk ke taksi.
            Di dalam taksi aku tak berkata sepatah katapun, begitu pula dia yang hanya diam sambil melihat ke arah luar jendela dan sesekali melihat ke jam tanganya. Kami telat sekitar 15 menit dan harus ke piket sebelum dapat mengikuti pelajaran. Dia membantuku berjalan dengan memegang kedua lengan atasku. Saat itu jantungku berdetak 3x lebih cepat karena sekarang dia terlihat seperti penuh perhatian tidak seperti di perjalanan tadi. Aku tiba di UKS dan langsung diobati sementara dia pergi ke ruang piket untuk meminta surat izin masuk.
“ini suratmu, jika kau bisa jalan lah sendiri ke kelasmu aku tak ingin kehilangan banyak waktu untuk mata pelajaranku pagi ini” katanya dingin. Aku hanya menangguk pelan dengan muka yang masih berakting marah. “tersenyumlah, saat kau merengut itu sungguh jelek. Lebih jelek dari kuda yang memakai lipstik.” Aku meringis.
“sekarang kau meringis seperti kuda.” Dia langsung keluar dari ruangan yang sebelumnya memberikan guratan senyumnya yang sangat manis. Tak berapa lama kemudian aku menuju ke kelasku.
            Bel panjang berbunyi yang berarti jam sekolah berahkir. Hari pertamaku tak begitu menyenangkan karena langsung diberi tugas membuat cerpen oleh pak Herry, guru bahasa Indonesiaku. Setelah turun dari angkot aku melangkah gontai dari gang menuju rumah dan langsung melempar tubuhku ke kasur sambil menghela nafas dan tanpa sadar aku tertidur hingga sore hari. Begitu bangun aku sangat lapar tapi kuputuskan untuk membersihkan diri dahulu. Aku ingat pesan ibu tentang kulkas, pasti terisi makanan. Saat kubuka kulkas yang ada hanya sayuran mentah, telur dan daging. Aku langsung lemas mengingat aku tak bisa masak.
Tiing ting ting... terdengar suara mangkuk yang di pukul dengan sendok dari luar. Aku langsung menuju keluar dan benar, itu adalah tukang mie ayam keliling. Dengan gembira aku berjalan menuju gerobak mie ayam itu. Belum selangkah pun aku melewati gerbang rumah terlihat Erlangga berjalan mendekat dan meraih tanganku dan langsung menyeretku ke dalam rumah.
“eehh! Apa maksudmu?” tanyaku sedikit sewot.
“ibumu sudah berpesan padaku untuk melarangmu makan-makanan seperti itu” jawabnya seraya menuju dapur dan mengeluarkan isi kulkas.
“apa yang kau lakukan?” tanyaku terheran-heran. Tapi dia tetap melakukan kegiatanya dan sepertinya akan memasakan sesuatu untuku. Aku memutuskan diam dan bermain dengan ponselku dan tiba-tiba dia memulai pembicaraan.
“namaku Erlangga, tapi biasa dipanggil Langga aku tetanggamu. Ibuku dan ibumu mempunyai hubungan cukup dekat dan sering bercerita tentangmu sebelum kau pindah ke sini. Ibumu berpesan padaku untuk membantumu di sini selama ibumu masih di luar kota.” Aku hanya mengangguk. Tanganya masih sibuk dengan sayuran dan telur. Entah yang akan dibuatnya tapi paling tidak cukup membantu untuk aku yang baru disini.
            Aku memang baru pindah, ayah dan ibuku berpisah saat aku masih kelas 2 SMP dan aku tinggal bersama ayahku karena menyesuaikan sekolahku saat itu sementara ibuku pindah kesini. Dan sekarang ayahku mendapat tugas kerja di luar negeri dan aku kesini untuk tinggal bersama ibu dan bersekolah yang secara tidak sengaja dengan orang yang sedang merajang bawang di hadapanku. Tak berapa lama masakanya siap, ternyata ia masak telur dadar yang berisi banyak sayuran.
“makanlah. Setidaknya ini lebih baik dari mie ayam di depan.” Dia menyodorkan piring penuh berisi telur dadar.
“terimakasih kak.” Jawabku sungkan.
“aku dan kau sebaya. aku mengambil kelas akselerasi saat SMP sehingga sekarang aku kakak kelasmu, panggil saja Langga.”
“hmm.” jawabku singkat. Setelah kuhabiskan semua masakanya dia beranjak dan berkata “setelah selesai cuci piringnya, aku tak ditugaskan untuk itu. Setelah aku pergi, kunci pintu dan matikan lampu. Besok kau ku tunggu di depan gerbang pukul 6.30. lewat dari itu kau berangkat sendiri.” Aku hanya mengangguk, dia meninggalkan rumahku dengan cara jalannya yang sama seperti waktu MOS.
“terimakasih makan malamnya!.” Teriaku sebelum ia menghilang di jalan depan rumah.
            Setelah mencuci piring aku langsung merebahkan diri di kasurku. Hari ini terasa melelahkan dan aneh. Kenapa aku bisa bertetangga dengan Langga bahkan makan malam bersama yang secara esklusif dimasak olehnya dan jika tebakanku benar maka perkataanya tadi sama saja mengajaku untuk berangkat sekolah bersama. Aku terus tersenyum sebelum akhirnya aku tidur.
            Alarm ponselku sangat membantuku untuk bangun pagi ini. Aku membuat roti isi untuk sarapan serta membawanya sepotong untuk bekal. Mendekati pukul 6.30 aku melangka ke depan rumah dan ternyata sudah terlihat Langga menaiki motornya dan menyodorkan helm kepadaku. Tanpa disuruh aku langsung naik dan secara tak sadar melingkarkan taganku di pinggangnya. Dia menengok kepadaku dan menaikan sebelah alisnya, butuh 2 detik untuk mengerti apa artinya. Aku langsung melepaskan peganganku dengan salah tingkah aku menyuruhnya jalan.
“sungguh memalukan” gumamku dalam hati.
            Di parkiran motor sekolah semua orang memandangku dan Langga dan sesekali berbisik. Aku sangat risih, mungkin karna Langga adalah anak yang dikenal sebagai anak pandai, tampan dan menjadi gitaris utama band The Noise. Tapi aku tetap cuek dan tak menanggapi mereka.
            Sekolah hari ini terasa sangat cepat. Dan aku sangat bersyukur karna pak Herry hanya bercerita dan tidak menagih tugas cerpen yang belum ku buat. Aku berjalan menuju jalan depan sekolah untuk menunggu angkot dan secara tak terduga Langga dan motornya berhenti tepat di hadapanku dan memberi isyarat kepadaku untuk naik ke atas motornya. Karena hampir hujan aku pun menurut.
            Ibuku sudah pulang dari luar kota, seharusnya aku sudah tidak berangkat dan pulang sekolah dengan Langga lagi. Tapi ibuku memaksa untuk tetap melakukanya dengan berbagai alasan yang konyol. Tapi itu cukup menguntungkanku karena dapat menghemat uang jajanku. Semakin lama aku pun semakin akrab dengan Langga dan akhirnya kami bersahabat.
            Tak terasa hari itu adalah hari terakhir sebelum liburan semester sekolah tiba. Hari ini Langga tak membawa motornya sehingga kita harus jalan kaki dan naik angkot bersama. Ditengah hujan ternyata hujan turun dengan derasnya. Tak mau ambil resiko, terpaksa kami menunggu hujan reda di halte dekat gang rumah. Suara hujan yang mengenai atap halte seperti suara drumband yang kacau balau dan memekakan telinga. Dan kilatan dari langit muncul diiringi suara menggelegar yang sangat menakutkan. Aku terperanjat kaget dan secara tak sadar kini aku telah memegang lengan atas tangan kanan Langga. saat aku akan melepasnya, ia mencegah.
“tetaplah seperti ini,” katanya dengan suara sedikit parau. Aku terdiam dan mempersilahkan dia yang kelihatanya akan mengatakan sesuatu lagi.
“aku menyukaimu.” Katanya sambil menatap mataku lekat-lekat. Hatiku berdebar tak menentu sedang mencoba menyadari hal yang terjadi. Mataku terpejam, berharap ini bukan mimpi, berharap ini bukan hanya bayangan. Suara petir membukakan mataku dan melihat kini Langga menoleh kembali kepadaku.
“Jadilah pacarku.” Hatiku langsung mengembang rasanya ingin meledak bahagia. Senyuman di mukaku tak dapat ku sembunyikan dan langsung mengangguk semangat tanda setuju.
“maka tetaplah pegang tangan pacarmu ini saat kau takut suara petir.” Aku sungguh meleleh dengan kata-katanya yang sungguh menerbangkan hatiku.
I love you.” kataku.
I lov...” belum selesai ia mengatakanya terlihat mobil hitam sedang berjalan oleng menuju halte dimana kami berada. Aku tak dapat membayangkan apa yang akan terjadi sedetik berikutnya. Apakah nyawaku berakhir disini? Apakah kebahagiaanku yang baru saja kumulai akan sirna begitu saja? Apakah hari dimana yang aku rasa hari yang paling penting bagiku akan hancur?. Tanganya memegang erat tanganku, memeluku dan mendorongku kebelakang untuk menghindari tertabrak mobil. Aku memejamkan mata dan aku merasa ada benturan yang kurasakan pada kepala dan bahuku, terguling dan sedetik kemudian aku merasa dingin, beku dan tersadar bahwa Langga kini sudah tak memelukku lagi.
            Aku mencoba duduk tapi sangat sulit karena kepalaku terasa sangat berat dan pusing. Aku melihat ke sekeliling dan yang ku lihat adalah mobil hitam yang ringsek dan beberapa orang yang berlari mendekat. Diantara gemerincik suara hujan terdengar suara di bawah mobil hitam. Suara yang kukenal, suara yang setiap hari ku dengar.
“Langga!!.” teriaku sambil menunduk dan melihat di bawah mobil terdapat seorang lelaki yang keningnya keluar darah segar. Dengan cepat ku tarik dia dari bawah mobil dan memeluknya dengan erat. Aku baru saja memilikinya dan aku takkan mau dan takan pernah mau kehilangannya. Dia mencoba meraih tanganku dan mengerti apa maksudnya aku langsung memegang tanganya erat-erat.
“akan kuselesaikan sekarang ky.” Kata yang dengan susah payah ia katakan. Aku terdiam dan kepalaku terasa tak mendapat suply darah lagi. Kupandang lekat-lekat matanya tak dan tak mau kehilangan sepatah katapun yang akan ia katakan.
I lov...Love you ky..” tangannya mulai melemah dalam genggamanku. Matanya tak lagi memandang ke arahku. Mulutnya sudah berhenti berkata, tubuhku terasa dihujam paku. Tak ingin apa yang  kualami sekarang adalah kenyataan. Kupanggil namanya kupegang pipinya dengan tanganku ku goncangkan tubuhnya untuk membangunkanya. Kupeluk erat-erat tubuhnya, ingin merasakan hangat tubuhnya untuk terakhir kali dibawah hujan yang mengalirkan jelas darah di kelapanya. Aku terpejam dan berharap saat kubuka mataku ini hanyalah mimpi. Tapi aku salah, ini nyata dan ini terjadi. Yang harus kulakukan selanjutnya adalah melupakanya tapi tetap mengingat kasih sayangnya.

By Kiky
Share:

3 komentar:

  1. Wew, keren bgt dah
    ada salah ketik kayak'a "rdengan" sama "menangguk"
    trus aku setuju sama ila+eja tentang tokoh'a
    lanjutkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah makasih hanif :)
      haha maklum kebut semalem belum sempet tek edit sampe sekarang haha :D

      Hapus
  2. Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com

    Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
    -Situs Aman dan Terpercaya.
    - Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
    - Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
    - Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
    - Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
    -Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
    - 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI

    8 Permainan Dalam 1 ID :
    Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66

    Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
    BBM: 2AD05265
    WA: +855968010699
    Skype: smsqqcom@gmail.com

    BalasHapus